http://mapalaunand.com/berita/pemanjat-mu-rebut-juara-umum-se-sumbar/
SETELAH pada Sirkuit Panjat Tebing (SPT) I bulan lalu, posisi jawara
kelas putra dipegang pemanjat Bukittinggi Climbing Club (BCC), pada SPT
II yang digelar di wall climbing Mapala Proklamator Univ. Bung Hatta dan
berakhir kemarin (18/05/2004), posisi ini beralih kepada pemanjat
Mapala Unand Padang.
Rizky Fadhillah, berhasil merebut peringkat pertama dari 54 pemanjat
yang ikut serta sekaligus memimpin klasemen pemanjat Sumbar. Sementara
pada peringkat dua dan tiga ditempati oleh pemanjat kugiran lainnya,
Harera Sastenada dari klub GUPCA dan Hendry D Kapau dari Pro Camping.
Sementara juara SPT I, Kiki dari BCC pada final yang berakhir sekitar
pukul 18.00 WIB itu hanya mampu meraih peringkat empat. Akibatnya
posisinya melorot pada posisi II klasemen Pemanjat Sumbar (lihat box).
Sedangkan untuk kelas umum putri, Maisyarawati dari klub IHCA masih
kukuh dan meraja di kelas ini seperti halnya pada SPT I yang digelar
wall climbing Mapala Unand pada 10-11 April lalu. Dia jauh meninggalkan
pesaingnya yang terdiri dari 11 peserta putri yang turut serta. Di
tempat kedua dan ketiga, hasilnya pun tidak jauh berbeda dengan SPT I.
Pemanjat putri freelance, Aditya PL dan Siska dari Pro Camping tetap
menempati posisi II dan III.
Ketua Mapala Proklamator, Nailal Husna yang ditemui POSMETRO seusai
lomba mengatakan hasil lomba SPT II ini menunjukkan betapa pemanjat muka
lama dan kugiran masih belum terkalahkan. Meskipun begitu pihaknya
cukup senang dengan terlaksananya lomba bulanan ini, karena dengan
demikian jam terbang pemanjat semakin bertambah.
Hal serupa juga diungkapkan project manager d’Spesialisz, Nanang
Farid Syam SSos yang mencetus lahirnya Sirkuit Panjat Tebing yang
dilaksanakan secara berkala ini. Menurutnya tujuan untuk mengukur
prestasi dan menentukan peringkat pemanjat Sumbar melalui SPT ini telah
tercapai. Tidak hanya itu, bibit-bibit baru pemanjatpun mulai
bertumbuhan di ajang ini meski dari segi prestasi mereka belum mampu
mengalahkan seniornya. (max)
KLASEMEN PEMANJAT PUTRA SUMBAR
1 (2) Rizky Fadhillah dari Mapala Unand nilai 180
2 (1) Kiki dari BCC nilai 155
3 (4) Hendry Kapau dari Pro Camping nilai 120
4 (3) Hivand Ronald dari Privater nilai 102
5 (5) Roland dari BCC nilai 90
6 (9) Novriadi dari IHCA nilai 88
7 (7) Deddi dari Mapala Proklamator nilai 87
8 (-) Harera S dari GUPCA nilai 80
9 (8) Dedi Tipeng dari Bivoac nilai 71
10 (12) Fansyuri dari Mapala Unand nilai 62
KLASEMEN PEMANJAT PUTRI SUMBAR 1 Maysarawati dari IHCA Padang nilai 200
2 Aditya dari Freelance nilai 160
3 Siska dari Pro Camping nilai 130
4 Nora Novita dari Mapala Proklamator nilai 102
5 Melia dari BCC nilai 55
6 Fitri Gusni dari MPALH UNP nilai 55
7 Fadila dari Mapala Unand nilai 47
8 Dewi Yuliarni dari Rante Kompala nilai 47
9 Rosnaini dari MPALH UNP nilai 43
Berita ini pernah dimuat di koran pagi POSMETRO PADANG edisi Rabu, 19 Mei 2004.
Minggu, 31 Januari 2010
NAVIGASI
Navigasi Darat
Pendahuluan
Perkembangan
teknologi navigasi sekarang ini sangat pesat, banyak peralatan
navigasi yang canggih dengan harga terjangkau, namun ketersediaan alat
tersebut tidak menjamin keselamatan kita dalam hal berkegiatan di alam
bebas, bahkan dengan adanya alat tersebut semakin banyak kecelakaan
yang terjadi dalam berkegiatan di alam bebas.
Kenapa Terjadi?
Ketergantungan
kepada alat navigasi yang canggih membuat banyak orang lupa dan
meremehkan kemampuan dasar navigasi, kebanyakan kasus yang terjadi jika
alat yang mereka gunakan rusak, habis baterai, macet, dan lain
sebagainya.
Ilmu–ilmu dasar
navigasi adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap petualang, ilmu ini
lah yang secara turun temurun diwariskan dari Nenek Moyang kita,
kemampuan membaca rasio bintang oleh para Nelayan, membaca penampakan
alam dan pohon-pohon yang ada oleh para Masyarakat, dan lain
sebagainya. Mengapa kita tidak bisa?
Pengertian
Banyak
pengertian mengenai navigasi, dimana pada dasarnya navigasi adalah
suatu kegiatan untuk menentukan arah, kedudukan tempat kita berada
maupun orang lain serta menentukan lintasan atau jalur perjalanan agar
sampai pada tujuan yang diinginkan. Ada berbagai macam tipe navigasi,
navigasi darat, laut, dan udara, masing – masing mempunyai ciri khas
tersendiri dalam segi penerapan ilmunya. Dalam buku ini hanya akan
dibahas mengenai navigasi di daratan saja, termasuk navigasi di Sungai
dan pantai, atau biasa dikenal dengan istilah Navigasi darat.
Kemammpuan
dalam bernavigasi sangat ditentukan oleh pengalaman seseorang,
semakan sering seseorang melakukan kegiatan navigasi maka akan semakin
mudah dan lancar baginya dalam bernavigasi.
Persiapan Alat Navigasi
Dalam
melakukan kegiatan di alam, membawa alat navigasi adalah sesuatu yang
wajib, banyak manfaat yang akan dirasakan apabila alat – alat tersebut
kita bawa dalam berkegiatan di alam, berikut adalah alat – alat yang
biasa digunakan untuk melakukan navigasi :
Peta
Kompas
Alat tulis ( busur, penggaris, protaktor, pinsil, jangka ukur, buku lapang, dll )
Alat penunjuk ketinggian tempat ( Altimeter )
Alat penunjuk kedudukan tempat (GPS)
Peta
Peta adalah suatu
presentasi di atas bidang datar baik seluruh atau sebagian permukaan
bumi, yang dilihat dari atas dan diperkecil dengan perbandingan
tertentu. peta dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang diperlukan,
namun ada bagian peta yang biasanya tidak digambar menurut
perbandingan di lapangan seperti jalan, jembatan, rel kereta dan
sebagainya.
Pada masa sekarang
ini peta memegang peranan penting dalam segala macam bentuk aktifitas
manusia, beribu – ribu peta telah diproduksi, baik untuk kepentingan
militer, penelitian, ekspedisi, dan lain sebagainya.
Jenis jenis Peta
Ada beberapa jenis peta yang dibuat tergantung tujuan penggunaannya, diantaranya adalah :
Peta Topografi
Peta
ini menyajikan gambaran secara detail keadaan suatu tempat sehingga
dapat diperoleh gambaran secara jelas. informasi yang didapat cukup
lengkap, seperti jalan, batas wilayah, trianggulasi dan lain-lain
termasuk kontur sebagai gambaran ketinggian tempat. Skala yang diguna
kan biasanya 1 : 50.000 dan 1 : 25.000, peta topogfafi biasanya
menggambarkan perbedaan ketinggian pada suatu daerah dengan interfal
tertentu, dimana interval tersebut tergantung dari skala yang digunakan
peta tersebut.
Peta Tematik
Peta
tematik adalah peta yang menyajikan topik tertentu, misalnya peta
tanah, peta lahan pertanian, peta kerapatan penduduk dan lain-lain
Peta Potret Udara
Peta
hasil interpretasi potret udara dapat digunakan untuk pembuatan peta
topografi, karena dapat menggambarkan kondisi secara tiga dimensi suatu
tempat. Potret udara sendiri biasanya mempunyai skala sekitar 1 :
20.000.
Peta Citra landsat
Peta
hasil penafsiran citra landsat, biasanya berskala sekitar 1 : 100.000.
Selain jenis peta diatas banyak jenis peta lainnya diantaranya Peta
Dunia, Peta negara, peta teknik, peta areal kerja, dan lain – lain.
Perawatan Peta
Sebagian
besar kerusakan peta terjadi akibat pemakaian dan penyimpanan yang
tidak baik, hal tersebut dapat menyebabkan peta sobek dan lapuk, ada
beberapa cara menyimpan dan merawat peta yaitu :
n Menyimpan dalam lemari khusus peta
n Menggulung, kemudian dimasukan kedalam tempat khusus peta yang kedap air (tabung peta).
n Memasukan kedalam kantong plastik,
n Laminating
n Menyemprot dengan bahan pelindung khusus.
Agar
mempermudah pencarian peta, berikan lebel dan nomor pada peta,
sehingga dalam keadaan terdesak peta tersebut mudah ditemukan.
Banyak
cara yang digunakan dalam membawa peta ke lapangan, tujuannya adalah
agar peta tersebut tidak rusak, salah satunya dengan cara menggulung
peta dan memasukannya ke tabung peta, bisa terbuat dari pipa atau
tabung khusus peta, dan letakanlah peta tersebut disamping carier agar
mudah dikeluarkan.
Informasi Pada Peta
Ialah
informasi – informasi yang terdapat pada peta, adanya informasi ini
bertujuan agar pembaca dapat lebih memahami peta yang dimaksu. Dalam
hal ini yang dibahas adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), yang
merupakan peta acuan dan standar di Indonesia dan diterbitkan oleh
Badan koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Badan Peta
Merupakan
informasi berupa gambar peta itu sendiri, untuk skala 1 : 50.000
sebesar 15’ x 15’ atau ± 56 cm x 56 cm. Terletak mendominasi sisi kiri
atas tanpa tepi untuk memudahkan penggabungan dengan peta lain di
sebelahnya.
Judul Peta
Adalah
identitas daerah yang tergambar pada peta. Umumnya mencantumkan
Skala, nomor lembar peta, nama daerah atau identitas yang menonjol,
Judul peta umumnya disisi kanan atas peta.
Skala
Ialah perbandingan antara jarak pada peta dan jarak sebenarnya di lapangan, biasanya dinyatakan dalam skala angka atau batang.
Keterangan pembutan peta
Berisi
informasi pembuatan seperti cara dan tahun pembuatan, nama instansi
pembuat, pada umumnya ditempatkan disisi kanan. Tahun pembutan peta
sangat diperlukan untuk menghitung sudut variasi magnetis, karena kutub
magnetis selalu berubah setiap tahunnya.
Legenda
Ialah
keterangan – keterangan pada peta yang menjelaskan arti simbol –
simbol pada peta, seperti sungai, hutan, persawahan, dan lain – lain.
terdapat juga perbedaan warna dalam suatu legenda, yang berfungsi
membedakan antara legenda yang satu dengan yang lainnya.
Nomor Peta
Nomor pada peta berguna untuk kita dalam mencari peta yang dibutuhkan
Koordinat
Lembaran
peta terbagi atas dua garis koordinat, yaitu garis horisontal dan
vertikal membentuk kotak-kotak bujursangkar. Terdapat dua sistem yang
biasanya ditampilkan di peta yaitu sistem koordinat Grid dan Universal.
Koordinat
grid memakai sistem Koordinat UTM yang artinya kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak dari setiap titik acuan, sedangkan
koordinat universal atau yang biasa disebut geografis, menggunakan
sistem lintang dan bujur dengan satuan derajat, menit dan detik,
koordinat geografis inilah yang biasanya sering digunakan.
Pada
peta rupa bumi Indonesia digunakan sistem keduanya. Untuk sistem grid
yang mempunyai nilai 1.000 meter tiap karvak ditampilkan dengan garis
warna hitam, garis ini ditempatkan diluar peta. Sedangkan sistem
koordinat universal langsung dibuat garis warna biru diatas peta,
mempunyai nilai 30 detik untuk tiap karvaknya. Jadi karvak grid dan
universal tidak sama.
Ada
beberapa penyebutan koordinat grid yang sering dipergunakan yaitu
dengan sistem 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Sistem 4 angka biasanya
dipakai untuk memperlihatkan posisi suatu tempat yang cukup luas
kira-kira 1 km persegi, misalnya untuk menunjukan kampung, danau,
sungai dan sebagainya, sedangkan sistem 6 angka dimaksudkan untuk
memperlihatkan suatu tempat yang lebih sempit kira-kira 100 meter,
seperti lokasi berkemah, titik pertemuan dan lain-lain dan sistem 8
angka untuk menentukan areal yang lebih kecil lagi sekitar 10 m.
Contoh :
Koordinat
tempat kedudukan Jembatan tempat titik pertemuan adalah antara garis
horisontal nomor 46 dengan 47 dan antara garis vertikal 35 dengan 36,
pada sistem empat angka dibaca sebagai koordinat 4635, sedangkan dengan
sistem 6 angka garis-garis ini kemudian dibagi menjadi 10 bagian dan
diberi nomor 1 sampai 9 dari angka paling kecil jadi kedudukan
Jembatan tempat titik pertemuan tersebut ( digambarkan dengan simbol
seperti donat ) adalah = 465357.
Pengukuran Jarak Dengan Skala
Perbandingan
ukuran atau jarak antara yang digambarkan di peta dengan jarak
dilapangan dikenal dengan istilah skala. Dalam peta dikenal dua macam
skala yang sering dicantumkan secara berdampingan, yaitu skala angka
dan skala gambar.
Dalam skala
angka misalnya 1 : 100.000 artinya satu centimeter diatas peta sama
dengan 100.000 cm atau sama dengan 1 Km di lapangan. Skala gambar
dicantumkan dengan menggambarkan garis dengan jarak-jarak tertentu di
peta. Tidak seperti skala angka sifat skala gambar tidak berubah
meskipun peta tersebut dicopi diperkecil, hasilnya tetap bisa digunakan
sesuai skala yang tercantum.
Dalam
perpetaan ada istilah skala besar, skala sedang dan skala kecil, skala
besar artinya dalam ukuran peta tertentu di-gambarkan suatu daerah
yang sempit biasanya lebih terperinci dan jelas faktor skala kurang
dari 10.000 misalnya dengan skala 1 : 10.000, skala 1 : 5.000,
digunakan untuk keperluan Perencanaan, teknik engineering atau survey
kadaster. Skala sedang mempunyai factor skala antara 10.000 s/d
1.000.000 misal skala 1 : 25.000, 1 : 50.000 diproduksi untuk peta
topografi, peta survey geologi atau tanah atau survey udara. skala
kecil digambarkan suatu daerah yang sangat luas dan kurang terinci
biasanya hanya sebagai peta situasi, atlas misalnya dengan skala 1 :
2.500.000. dipergunakan untuk pemakaian masyarakat umum atau pendidikan
seperti atlas.
Deklinasi
Diagram
variasi magnetis, ditempatkan dipinggir bawah peta dan diberi
keterangan pergeseran tiap tahun yang berlaku pada peta tersebut antara
Utara magnetis (UM) dan utara peta (UG), kemana arah membuka dan
menutup untuk wilayah Indonesia umumnya mempunyai pergeseran 2‘ setiap
tahun.
Utara sebenarnya ( US ) / True North ( TN )
Ialah
arah yang menunjukan arah kutub utara, dan menggambarkan garis lintang
bola dunia sesungguhnya, dalam penggunaan praktis suatu perjalanan
penjelajahan, tanda ini boleh diabaikan karena yang lebih sering
digunakan adalah utara peta.
Utara Peta ( UG ) / Grid North ( GN )
Ialah
arah utara yang digambarkan pada peta sebagai garis vertikal,
merupakan proyeksi bumi pada bidang peta yang terbentuk pada pola
koordinat grid. Setiap tahun terjadi pergeseran antara TN dengan GN,
ini disebut variasi peta, dimana dalam diagram variasi digambarkan
sebesar 0°05’. Dalam perjalanan praktis variasi peta boleh diabaikan.
Merupakan
arah utara yang ditunjukan oleh jarum kompas, arah tersebut tidak
tepat di kutub utara, melainkan di Jazirah Boothia di utara Kanada.
Arah utara magnetis pada setiap tempat permukaan bumi tidaklah sama,
setiap tahunnya kutub magnetis selalu bergeser yang disebabkan pengaruh
rotasi bumi, untuk Indonesia arah utara magnetis bergeser ke arah
timur. Akibat pergeseran utara magnetik ini menyebabkan variasi
magnetis berubah setiap tahunnya, variasi ini disebut Deklinasi,
sedangkan pergeseran antara arah utara peta dengan utara magnetis
disebut variasi peta magnetis atau biasa disebut deklinasi magnetis.
Dalam
membaca peta dan menentukan arah perjalanan terlebih dahulu perhatikan
tahun pembuatan peta tersebut. Hitung deklinasi magnetis dari tahun
pembuatan sampai sekarang, lalu jumlahkan deklinasi mag-netis
seluruhnya.
Contoh :
Berdasarkan
keterangan pada gambar diatas, deklinasi rata-rata pada tahun 1980
adalah 1°25’, pergeseran deklinasi magnetis tiap tahun berkurang
sebesar 3’, jadi sampai tahun 2002 pergeserannya adalah sebesar (2002 –
1980) x 3’ = 1°06’, sehingga besar deklinasi magnetis dari tahun 1980
sampai dengan tahun 2002 seluruhnya adalah 1°25’ – 1°06’ = 0°19’.
Mengukur Jarak lurus
Bila
akan mengukur jarak lurus untuk mudahnya dapat menggunakan penggaris
atau kertas kosong , ukurlah seberapa jauh jarak di peta kemudian beri
tanda, setelah itu tempelkan hasil pengukuran tadi pada skala gambar
dengan catatan bagian yang lebih kecil ditempatkan pada garis skala
yang terbagi kecil-kecil di sisi kiri, dengan demikian dapat dibaca
nilai jarak yang dicari.
Contoh :
Mengukur
antara puncak Gunung Lauwalu (titik A) me nuju titik trianggulasi TTG
III – 11 (titik B) dengan menggunakan secarik kertas seperti pada
gambar dikanan atas. Cara lain adalah menghitung dengan kalkulator,
ukur jarak dengan penggaris lalu kalikan dengan faktor skala peta
Mengukur jarak tidak lurus
Untuk
mengukur jarak yang tidak lurus seperti jalan raya, sungai, pantai dll
akan menemukan kesulitan, untuk itu cara pengukurannya antara lain
yaitu dengan menggunakan alat map odometer atau bila tidak ada dapat
menggunakan kertas, benang atau benda lain yang dapat dibengkokan
sesuai lintasan yang akan diukur dipeta.
Pengukuran
panjang atau jarak untuk lintasan yang tidak lurus di peta, dapat
dilakukan dgn cara menggunakan kertas. Ikuti segmen yang dianggap lurus
sampai ada belokan kemudian kertas diberi tanda, lakukan untuk segmen
berikutnya sampai ujung lintasan yang akan diukur, hasilnya tempelkan
kertas pada skala gambar seperti pengukuran jarak lurus.
Caranya
pengukuran lintasan tidak lurus lainnya adalah dengan memegang salah
satu sisi benang, letakan pada titik yang satu kemudian ikuti
kelokannya sesuai dengan yang tergambar dipeta sampai pada titik akhir
yang akan diukur, setelah didapat benang dapat diukur panjangnya
kemudian lakukan seperti pada cara mengukur garis lurus.
Kontur
Relief
muka bumi di dalam peta digambarkan dengan kontur. Kontur adalah
suatu garis imajiner dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian yang sama di permukaan bumi yang diukur dari
permukaan laut.
Bagi para
penjelajah garis kontur pada peta sangat penting karena menentukan pada
pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan, dengan
memperhatikan kontur yang untuk lebih mudahnya digambarkan dalam bentuk
proyeksi melintang dapat diketahui bagian bumi yang curam, landai atau
datar.
Bila garis kontur
terlihat berjauhan atau jarang berarti tempat tersebut landai atau
datar, sebaliknya bila garis kontur rapat menandakan daerah yang curam.
Jarak antara garis–garis kontur yang sama menunjukan kemiringan lereng
yang sama, sedangkan bila jarak antar garis kontur dari tempat tinggi
ke bawah berkurang (renggang berangsur rapat) menunjukan lereng cembung
dan sebaliknya bila jarak antar garis kontur dari atas kebawah
bertambah (rapat berangsur renggang) menunjukan lereng cekung.
Perhatikan gambar penampang (Proyeksi) melintang kontur sebelah kiri
atas.
Interval kontur adalah
perbedaan dua garis ketinggian atau garis kontur yang biasanya
ditempatkan dibawah skala garis, bila tidak dinyatakan pada peta dapat
dihitung dengan rumus 1 / 2000 dikalikan faktor skala. Misal : peta
skala 1 : 50.000 maka interval konturnya adalah 1 / 2000 x 50.000 =
25 meter.
Contoh peta dimana terdapat contoh beberapa bentuk relief bumi yang ditemui dilapangan, dapat dilihat pada gambar disebelah
Pada
peta berwarna, perbedaan antara daerah tinggi dan rendah dicantumkan
dengan pewarnaan yang ber-beda, biasanya untuk daerah rendah berwarna
hijau, sedangkan daerah tinggi warna coklat.
Prinsip-prinsip garis kontur
- Garis kontur yang rendah mengelilingi garis kontur yang tinggi.
- Garis kontur tidak pernah berpotongan, tidak bercabang dan akan bertemu dimanapun tempatnya.
- Garis kontur pada daerah landai berjauhan sebaliknya pada daerah curam akan rapat.
- Garis kontur yang menjauh dari puncak atau menjorok keluar merupakan punggung bukit
- Garis kontur yang mendekat ke puncak merupakan lembah.
- Interval garis kontur adalah 1 / 2.000 kali faktor skala.
- Kondisi daerah yang khusus seperti kawah, tebing, puncak akan digambarkan khusus.
Titik ketinggian adalah point
ketinggian suatu tempat yang diukur dari permukaan laut biasanya
disebut titik trianggulasi. Dilapangan biasanya berupa patok atau
tonggak dari beton atau logam yang menyatakan tinggi sebenarnya.
Proyeksi melintang Peta
Proyeksi melintang peta dibuat dengan manfaat sebagai berikut :
Sebagai pertimbangan dalam menyusun rencana perjalanan
Memudahkan untuk menggambarkan kondisi kecuraman medan
Mengetahui titik titik kertinggian dan jarak dari medan tertentu
KOMPAS
Ada
dua sistem satuan pembagian lingkaran yang biasa pada kompas yaitu
Sistem derajat ( º ) dimana lingkaran penuh terbagi menjadi 360º dan
Sistem centigrads dimana lingkaran terbagi menjadi 400 grads. Di
Indonesia sistem derajat adalah yang umum dipakai dan dikenal luas.
Pada
sistem derajat, tiap 1º terbagi menjadi 60’ (dibaca 60 menit) dan tiap
1’ terbagi lagi menjadi 60” ( dibaca 60 detik ). Arah utara (N)
biasanya ditempatkan pada angka 0º, Selatan (S) = 180º, Barat (W) =
270º dan Timur (E) = 90º dengan urutan searah jarum jam.
Untuk
navigasi darat praktis satuan menit dan detik dapat diabaikan, Apabila
kompas ketika digunakan menunjukan diantara dua penunjuk garis derajat
dalam prakteknya dapat dibaca sebagai setengah derajat.
Ragam Kompas
Banyak
jenis kompas yang digunakan untuk membaca peta dan navigasi, walaupn
banyak perbedaan bentuk dan jenis serta ukuran tapi prinsip
penggunaannya sama. Jarum kompas yang mengarah ke utara mag-netis
selalu ditandai dengan ciri yang mencolok atau dioles dengan pasfor
agar selalu tampak meskipun di dalam gelap. Bagian-bagian dari kompas
yaitu jarum magnet, skala lingkar mendatar, penunjuk satuan derajat
yang berada tepat ditengah lingkar mendatar mempunyai nilai 0º sampai
dengan 360º.
Jenis-jenis kompas
Terdapat
berbagai macam jenis kompas, diantarnya adalah kompas silva, kompas
jempol, kompas bidik, kompas optic, kompas prisma, kompas cermin, dan
kompas digital, dalam kegiatan navigasi darat jenis kompas yang paling
sering digunakan adalah kompas silva dan bidik.
Kompas Silva
Kompas
silva dibuat pertama kali di Swedia pada tahun 1930 oleh Kjellstrom
bersaudara didisain untuk olahraga orienteering, namun demikian
sekarang dibuat banyak model dan digunakan untuk berbagai keperluan.
Kompas silva dapat digunakan untuk ploting, menghitung arah dengan
cepat dan tepat diatas peta tanpa menggunakan busur karena memang
merupakan kombinasi dari keduanya
Cara penggunaan Kompas Silva
Menentukan Garis arah
Tempatkan
sisi garis yang panjang kompas, berhimpit dengan arah garis yakinkan
anak panah berada pada titik sasaran atau perjalanan yang
dikehendaki.Putar rumah skala seterusnya meridien line sejajar dengan
sumbu vertikal. Baca arah lintasan yang berada dalam rumah skala
mendatar digaris penunjuk derajat.
Sepanjang
perjalanan sudut magnetik sebaiknya sudah diset dengan memutar rumahan
hingga arah yang dikehendaki tepat dengan garis penunjuk. Pegang alat
kompas di telapak tangan, putar hingga tanda merah pada jarum kompas
menunjuk arah utara magnet, pada rumahan kompas Arah yang dituju adalah
yang ditunjuk sudut magnet.
Menentukan sudut magnet
Pegang
kompas arahkan titik yang dikehendaki pada obyek. Putar rumahan kompas
hingga jarum merah, meridien line berada di bawah jarum merah (Utara)
jarum kompas berhenti.
Baca sudut magnetik pada rumahan persis di garis penunjuk ( Index Line ).
Kompas Bidik
Kompas
bidik digunakan untuk membidik mengetahui azimuth suatu objek, yang
termasuk kompas ini antara lain : Kompas prisma, kompas lensa, kompas
cermin, kompas optis, kompas digital (ada juga yang tergabung dengan
GPS). Kompas Lensa dilengkapi lensa pembesar yang memungkinkan dapat
membaca angka pada piring plat secara tepat, pada bak kompas terisi
dengan cairan yang memudahkan untuk pergerakan piringan untuk dapat
berputar berhenti dengan cepat.
Cara Penggunaan Kompas lensa dan Prisma Siang hari
Menentukan
nilai arah, pegang kompas dengan dua tangan, ibu jari masuk kedalam
ring kompas, pandang celah dekat lensa/prisma lurus dengan garis rambut
yang ada pada tutup kompas searah dengan obyek yang dikehendaki, baca
skala mendatar pada plat skala dari celah lensa pembesar, angka yang
terdapat pada pivot point adalah nilai arah.
Menentukan
arah dan sudut kompas, pegang kompas seperti cara diatas, pandangan
mata ke lensa/prisma dan putar kompas sampai garis rambut me motong
sudut yang dikehendaki pada plat skala.Menggunakan kompas tanpa
prisma, merupakan salah satu cara penggunaan meskipun ketelitiannya
kurang. Untuk menentukan arah caranya adalah dengan membuka kompas
mendatar dan garis pada lidah kompas lurus dengan objek, baca putaran
arah pada kompas yang ditunjukan oleh garis penunjuk lubber line
seperti pada gambar samping ini.
Kalibrasi Kompas
Mengingat
setiap kompas mempunyai karakteristik tersendiri yang memungkinkan
adanya kompas yang agak melenceng, untuk itu kompas perlu dikalibrasi
diantaranya dengan cara :
n Diperbaiki di pabrik.
n Mencocokan semua kompas dengan ada 1 kompas patokan. Sehingga yang lainnya dapat menyesuaikan dengan menambah atau mengurang.
n
Dengan mengecek memakai dua trianggulasi yang terdapat dilapangan dan
dipeta, tentukan sudut petanya lalu bidik dengan kompas
catat hasilnya, konversi arahnya dengan memperhitungkan variasi peta
magnetik. Selisih sudut keduanya merupakan nilai kalibrasi yang
harus diperhitungkan.
Gangguan magnet lokal
Kompas
dapat terpengaruh gangguan magnet lokal bila berdekatan dengan bahan
logam, instrumen kompas yang kecil sangat peka terhadap bahan yang
mempengaruhi arah magnet kompas. Berikut jarak aman dari pengaruh
gangguan magnet lokal dalam menggunakan kompas :
- Kawat tegangan tinggi > 80 m
- Alat berat ( Tractor, Dumpturck dll ) > 75 m
- Mobil > 60 m
- Pagar kawat / beton > 10 m
- Kapak / sekop > 3 m
Untuk memastikan gangguan magnet,
caranya adalah dengan menentukan dua titik yang berjarak ± 100 meter,
misalnya titik A dan Titik B. Ambil sudut kompas dari titik A ke titik
B, catat angka yang didapat, kemudian bidik balik dari titik B ke
titik A. Bila selisih pembidikan pertama dan kedua tidak sama dengan
180° berarti ada gangguan magnet lokal.
Bila Tidak ada Kompas
Adakalanya
dalam suatu perjalanan mendapat kesulitan menentukan arah mata angin
karena tidak ada kompas atau kompas hilang atau rusak, untuk itu perlu
mengetahui cara menentukannya. Menentukan arah tanpa kompas biasanya
bersifat global, tidak terlalu akurat dan tanpa nilai sudut.
Dengan Perbintangan
n Melihat terbit / tenggelamnya matahari / bulan
n Melihat posisi bulan
Pada
malam hari, bulan dapat digunakan sebagai pedoman caranya adalah
dengan memperhatikan permukaan bulan. Pada saat bulan purnama,
permukaan bulan yang memperlihatkan bayangan kehitaman dan berkumpul
pada satu sisi, tempat berkumpulnya bayangan tersebut menunjukan arah
utara.
Pada saat bulan tidak utuh
maka perhatikan bagian yang terang, perhatikan pula waktu bulan
pertama kali muncul, apabila muncul pada saat matahari belum
tenggelam maka bagian yang terang menunjukan arah barat, jika bulan
muncul saat lewat tengah malam, maka bagian bulan yang terang
menunjukan arah timur.
Menggunakan Bayangan matahari
Arah
mata angin dapat ditentukan dengan menggunakan bayangan
matahari. Caranya dengan menancapkan batang kayu lurus pada tanah yang
relatif datar dan terbuka terbebas dari naungan. Tandai bayangan ujung
batang (titik A) lalu tunggu sekitar setengah jam bayangan ujung
batang akan bergeser lalu tandai sekali lagi (titik B). Tarik garis
diantara kedua titik, garis tersebut menunjukan arah barat – timur,
arah utara – selatan adalah garis tegak lurus arah barat – timur
Penggunaan Rasi Bintang
Pada malam hari rasi bintang gubuk penceng atau layang -layang menunjukan arah selatan dan rasi bintang tujuh atau perahu menunjuk arah utara.
Membuat Kompas sendiri
Menggunakan
jarum atau silet bermagnet yang diletakan diatas permukaan air. Untuk
membuatnya terapung dapat digunakan pelamung seperti kertas atau gabus,
berdasarkan arah yang ditunjukan jarum dapat diketahui arah utara
–selatan, apabila jarum tidak bermagnet dapat dibuat dengan
menggosokannya ke kain secara searah.
Tanda Medan
Penentuan
arah juga dapat dilakukan dengan memperhatikan indikasi pada lumut
yang menempel pada batang pohon, batang pohon yang berlumut tebal
biasanya menunjukan arah timur. Selain lumut pangkal liana pada
tumbuhan biasanya tumbuh mengarah ke timur.
Selain
tanda – tanda alami dapat juga menggunakan tanda buatan, seperti
bangunan Rumah ibadah Islam yang selalu menunjuk arah kiblat ( Untuk di
Indonesia menunjuk arah barat laut ) dan Kuburan Islam selalu
menunjuk arah utara.
Menggunakan Jarum Jam
Dengan
Jarum jam atau Arloji, di daerah sebelah utara dari kedudukan garis
edar matahari, jarum pendek arahkan ke matahari dan garis pembagi sudut
antara angka jam 12 dengan jarum pendek adalah arah selatan. Di
daerah sebelah selatan dari kedudukan garis edar matahari, caranya sama
dengan diatas tapi yang didapat adalah arah utara.
PERALATAN NAVIGASI LAINNYA
Altimeter
Altimeter
adalah suatu alat untuk mengukur ketinggian tempat dari permukaan
laut, dengan adanya altimeter kita dapat mengetahui posisi ketinggian
kita berada, dalam reseksi altimeter dapat digunakan dengan cara
mencari perpotongan antara garis kontur dengan sudut yang dibentuk.
Global Positioning Sistem ( GPS )
Global
Positioning System (GPS) adalah peralatan system radio navigasi global
yang menerima data dari beberapa satelit dan stasiun bumi, mempunyai
keakuratan yang tinggi dalam menentukan posisi dan memetakan suatu
lokasi yang diminta. Mampu menunjukan posisi lintang, bujur, ketinggian
suatu tempat, waktu yang tepat, posisi bulan atau matahari, kecepatan
pergerakan, odometer, jarak serta azimuth antara satu tempat dengan
tempat lainnya secara cepat, tepat dan mudah diseluruh permukaan bumi.
Saat
ini GPS sudah menjadi peralatan standar dalam kegiatan penerbangan,
pelayaran, penelitian, serta kegiatan lainnya yang menuntut ketepatan
menentukan suatu lokasi.GPS mengambil dan memproses data dari satelit,
keakuratan GPS tergantung dari kapasitas yang dimilikinya, hal tersebut
berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menangkap satelit, ada yang
hanya bisa menangkap 6 satelit, 12 satelit, bahkan 24 satelit.
Data
yang didapatkan dalam pengaplikasian GPS dapat disimpan dalam memory
berupa waypoint, track dan route. Ketika kita ke lapangan simpanlah
tempat – tempat yang sekiranya penting, seperti basecamp, pos
pendakian, kantor polhut, Jembatan, Simpang jalan, Cabang sungai, Muara
Sungai, perkampungan, serta tempat lainnya yang dianggap penting.
Ada
beberapa kelemahan GPS, Selain harganya relatif mahal, GPS hanya
bekerja secara optimal pada saat cuaca baik dan tempat terbuka, hal
tersebut mempengaruhi signal yang diterima dari satelit. jika GPS
digunakan di ruangan atau pada hutan bertajuk lebat, tentu akan
mengalami kesulitan dalam penangkapan signal, apabila kita kelapangan
salah satu cara unutk menanganinya dengan memanjat pohon untuk
mendapatkan sinyal yang lebih baik dan akurat.
Perkembangan
teknologi sangat berpengaruh besar terhadap dunia kegiatan alam bebas,
Saat ini terdapat pula GPS generasi terbaru yang lebih serbaguna dan
multi fungsi, merupakan kombinasi beberapa peralatan diantaranya GPS
standar, Kompas, altimeter, thermometer, clinometer, pengukur
kecepatan angina atau pendinginan udara, calculator dan peta digital.
Orientasi Peta
Orientasi
peta adalah bagaimana menempatkan dan menggunakan peta secara baik dan
benar, hal ini merupakan langkah awal sebelum melakukan kegiatan
navigasi darat. Tahapan dalam melakukan orientasi peta agar memperoleh
pandangan muka bumi yang sesuai dengan gambaran peta adalah :
Tempatkan
Sumbu vertikal peta sejajar atau berimpit dengan arah utara di
lapangan. Cocokan gambar dipeta dengan keadan lapangan, pada daerah
yang dikenal tidak akan menemui kesukaran tapi bila daerah baru atau
pada saat cuaca kurang menguntungkan untuk melakukan orientasi seperti
berkabut, kompas dapat membantu mengenali atau paling tidak dapat
merencakan perjalanan selanjutnya di daerah tersebut.
Sebelum
menentukan arah perjalanan atau mencari posisi, terlebih dahulu
menghitung deklinasi magnetis yang telah dibahas bagian terdahulu.
Tentukan arah tujuan pada peta dan hitung azimuthnya. Setelah
disesuaikan dengan perhitungan deklinasi magnetis, yaitu dengan
mengubah azimuth di peta dengan azimuth magnetis, maka azimuth di
kompas menjadi patokan arah perjalanan.
Di
Indonesia, utara magnetis bergeser kesebelah timur dari utara peta,
Untuk perhitungan azimuth peta ke kompas, maka azimuth di peta
dikurangi deklinasi sebaliknya untuk perhitungan azimuth kompas ke
peta, maka azimuth kompas ditambah hasil perhitungan deklinasi.
Sebagai contoh bila azimuth di peta 35° dan deklinasi 2°, maka azimuth
kompas adalah 35° – 2° = 33° sebaliknya bila azimuth kompas 35° dan
deklinasi 2° maka azimuth peta adalah 35° + 2° = 37°.
Back Azimuth
Back
Azimuth atau Bidik balik digunakan untuk memeriksa apakah arah yang
ditempuh salah atau benar, selisih antara azimuth keberangkatan dengan
azimuth bidik balik harus (+ / -) 180°, caranya adalah sebagai berikut
:
Pertama cari sebuah tanda yang
mencolok pada tem pat asal perjalanan. Setelah beberapa jauh, misal
sewaktu berangkat azimut yang digunakan adalah 20° maka bila kita bidik
balik ketempat semula azimut yang didapat harus 20° + 180° = 200°.
Bila azimuth keberangkatan 300° maka back azimutnya adalah 300° – 180°
= 120°. Bila selisih azimuth tidak sama dengan 180° maka arah
perjalanan tidak benar atau menyimpang
Menentukan arah perjalanan
Untuk
menentukan arah perjalanan yang lurus dengan mengabaikan rintangan
medan seperti jurang, tebing, lembah dan sebagainya, dilakukan dengan
cara sebagai berikut Setelah posisi di peta diketahui, plotkan rencana
arah tujuan dipeta, Bidik kompas sesuai rencana tentunya setelah
memperhitungkan deklinasi terlebih dahulu, catat atau ingat arah
tersebut, awali perjalanan dengan mengikuti arah yang ditunjukan kompas
sesuai rencana. Sebagai patokan di lapangan bidik tanda tanda khusus
seperti pohon, batu dan lain-lain yang terkena bidikan, jalanlah menuju
tanda tanda tersebut, untuk mengetahui lintasan sudah benar jangan
lupa lakukan back azimut, lalu ulangi lagi sampai mencapai tempat yang
dituju, Jarak serta kecuraman medan yang dilalui dapat terlihat dengan
membuat proyeksi melintang peta.
Penentuan
arah juga dapat dilakukan secara beranting, cara ini memerlukan lebih
dari satu orang dengan dua buah kompas, masing-masing memegang satu
kompas. Caranya adalah sebagai berikut :
sesuai
arah yang direncanakan orang pertama membidik orang kedua yang berada
didepannya, setelah pembidikan dilakukan secara tepat, orang pertama
pindah kedepan orang kedua, sementara orang kedua membidikan kompas ke
orang pertama yang sudah berada didepannya, begitu seterusnya sampai
tempat tujuan. Memang cara ini agak lambat tapi efektif di daerah tanpa
tanda-tanda patokan.
Reseksi
Reseksi
adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan suatu tempat atau
kedudukan dilapangan pada peta, caranya adalah sebagai berikut :
- Cari dua buah tanda dimedan yang diketahui dengan jelas dan tercantum dipeta, contoh : puncak gunung, pulau, tanjung dll. Bidik arah dengan kompas hasilnya kemudian diplotkan pada peta dengan nilai back azimuth dan diubah arahnya menjadi sudut peta, maka didapat garis ”a” lalu gambarkan di peta.
- Lakukan hal yang sama, untuk didapat garis b
- Perpotongan garis a dan garis b di peta merupakan tempat kedudukan di peta
Apabila kebetulan hanya membawa
peta saja tanpa kompas, ada cara reseksi sederhana namun kurang akurat
caranya adalah sebagai berikut
- Tentukan tiga objek dilapangan yang terdapat di peta, titik dilapangan lalu kita namakan titik A, B & C. sedangkan di peta dinamakan titik a, b & c
- letakan sebuah plastik atau lembaran transparan diatas landasan yang datar dan rata, lalu tancap sebatang jarum ditengahnya. namakan titik tersebut titik P Usahakan plastic tidak bergeser dengan menancapkan paku lainnya ditiap ujung plastic
- Bidik ke objek A dari arah paku ditengah lalu buat garis diatas plastic searah objek tersebut sehingga membentuk garis PA, lakukan untuk objek lainnya sehingga didapat tiga buah garis yang berpusat di titik P, yaitu garis Pa, Pb clan Pc
- Tempatkan hasil penggambaran garis pada plastic ke atas petadan geserkan sedemikian rupa sehingga garis Pa menyinggung titk a, garis Pb menyinggung titik b dan garis Pc menyimggung titik c
- Dari penempatan plastik dipeta tersebut titik P yang merupakan tempat kedudukan di peta dapat ditentukan.
Interseksi
Adakalanya
posisi kita dipeta telah diketahui tapi ada posisi dihadapan kita
seperti pesawat jatuh, camp dll yang belum diketahui letaknya dipeta.
Untuk mengetahuinya memakai teknik interseksi, caranya adalah sebagai
berikut :
- Ketahui terlebih dahulu dua titik di medan yang dapat diidentifikasi dipeta. Dari kedua titik tersebut bidikan kompas ke arah tempat yang ingin diketahui posisinya dalam peta tersebut.
- Setelah diketahui azimuth magnetis dari kedua titik tersebut, perhitungkan ke azimuth peta.
- Berdasarkan azimuth itu tarik kedua garis dari kedua titik yang teridentifikasi di peta sehingga berpotongan pada satu titik, titik itulah tempat yang ingin diketahui posisinya dalam peta
Kadangkala dalam menentukan
kedudukan di peta hanya satu titik identifikasi saja, ada beberapa cara
yang dapat dipakai untuk mengatasinya yaitu
- Bila kita berjalan di jalan setapak atau sungai yang tercantum dipeta, maka perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai tersebut adalah kedudukan kita
- Dengan menggunakan altimeter, sama degnan cara diatas perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasikasi dengan garis kontur pada ketinggian sesuai angka pada altimeter adalah kedudukan kita Dengan perkiraan,
- apabila sedang mendaki gunung, kemudia berhasil mengidentifikasi titik seperti puncak gunung, caranya adalah dengan menarik garis identiflkasi itu, lalu perkirakan berapa bagian yang telah terlewati, maka disitulah perkiraan tempat kedudukan kita
Kesulitan dalam Navigasi
Penggunaan
peta dan kompas memang cukup ideal, tapi sering dalam prakteknya
sangat sukar untuk menerapkan di lapangan terutama dengan sulit
ditemuinya tanda-tanda dilapangan yang dapat dijadikan patokan, dibawah
ini terdapat beberapa lokasi yang mungkin akan menyulitkan dalam
melakukan navigasi
Navigasi di Hutan Rawa dan mangrove
Hutan
rawa dan mangrove biasanya bertopografi datar kadang dipenuhi aliran
sungai kecil yang dapat berubah akibat banjir, tidak ada tanda ekstrim
seperti gunung atau lembah yang dapat dijadikan patokan. Langkah yang
harus dilakukan adalah.
n
Tentukan titik awal keberangkatan dipeta, Tandatanda yang dapat
dijadikan patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai
(jika dekat pantai).
n Rencanakan lintasan yang akan dilalui clan plotkan dipeta.
n Bidik awal perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya.
n
Ukur clan catat jarak tempuh, lakukan terus untuk setiap bagian
perjalanan sampai menemukantanda yang dapat dijadikan patokan seperti
sungai, jika belum dijumpai lakukan terus sambil mencari tempat
beristirahat.
Cara mengukur jarak :
n Penaksiran jarak ( jika sudah mahir ).
n Menggunakan tali ukur
n
Alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan, catat
jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas, ambil patokan 10 langkah
sama dengan berapa meter.
n Plot hasil pengukuran
n
Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan, bila tersesat,
minimal kita mempunyai catatn perjalanan untuk kembali ketempat semula.
n Jika medan terdapat rintangan atau tidak memungkinkan untuk dilalui lakukan teknik melambung
n
Lakukan teknik yang sama di daerah lainnya yang sulit mendapatkan
tanda-tanda alam yang bisa dijadikan patokan, seperti di hutan
belantara, medan berkabut dan lain-lain.
Navigasi di Sungai
Dalam
perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu,
kita dituntut untuk menguasai navigasi di sungai seperti halnya navigasi
dalam perjalanan di gunung atau hutan. Secara praktis ilmu navigasi
di sungai telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan.
Sebab sungai merupakan salah satu sarana angkutan penting bagi mereka.
Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan
tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan pelebaran
sungai, muara dan lainnya
Navigasi
sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam
perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi
di sungai dengan navigasi darat lainnya terletak pada acuan dasar untuk
menentukan kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan
dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh garis
kontur, sedang pada navigasi di sungai acuan dasarnya adalah bentuk
pada tepi kiri dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang
tergambar di peta. Menentukan kedudukan di peta dilakukan dengan cara
bergerak menyusuri sungai sambil rnemperhatikan perubahan arah belokan
sungai, dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat
disepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan
kedudukan:
Misalnya dalam
melakukan penyusuran sumgai dad titik A ke titik B, kemudian pada suatu
tempat dijumpai sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk
menentukan kedudukan pada saat ini adalah: Lakukan orientasi peta,
kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth)
dari lintasam sungai pada belokan di depan dan di belakang dengan
menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di
belakang ( misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat
juga tanda alam di depan (misalnya betokan sungai ke arah kiri),
kemudian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari
padanannya pada peta (perlu diketahui bahwa delta yang terdapat pada
sungai adalah delta yang cukup besar, tidak tertutup pada saat banjir,
dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut
tidak akan digambarkan pada peta. apabila masih kurang jelas, maka
perlu dilakukan penyusuran sampai pada tanda alam berikutnya yang dapat
lebih memperjelas kedudukan kita.
Navigasi di Pantai
Navigasi
di pantai jauh lebih mudah daripada di Hutan Rawa karena seperti cara
reseksi dengan satu titik identifikasi misal di sungai atau jalan, satu
patokan sudah diketahui yaitu garis pantai jadi hanya diperlukan satu
patokan lain untuk melakukan reseksi. Tandatanda medan yang dapat
dijadikan patokan adalah sudut arah garis pantai, tanjung, teluk, muara
sungai, pulau, bukit sekitar pantai, kampung nelayan dan lain-lain.
Jika
menemui rintangan berupa tebing karang yang tidak bisa dilewati,
lakukan reseksi untuk menentukan posisi sebelum posisi tebing tersebut,
setelah itu lakukan perjalanan melambung sampai rintangan terlewati
Gunung berhutan lebat dan berkabut
Kesulitan Navigasi lainnya
Hutan
yang terlalu lebat atau kabut tebal sering menyulitkan orientasi. Sama
dengan di hutan rawa atau hutan mangrove, penanggulangan dari
kemungkinan ini sebetulnya sudah harus dimulai dari awal perjalanan dan
cara yang mudah dan aman yaitu dengan mengetahui dan mengenali secara
tepat tempat pertama awal perjalanan kita
Kesesuaian Tanda di Lapangan
Bila
medan tidak sesuai Peta Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulam
bahwa peta yang dipegang salah, terkadang dilapangan banyak ditemukan
sungai kecil yang tidak tergambar dipeta, karena sungai tersebut
kering ketika musim kemarau, Dalam pemakaian peta perlu memperhitungkan
waktu pembuatannya karena dalam kurun waktu tertentu terdapat
beberapa perubahan seperti perubahan batas kawasan, penambahan atau
pengurangan ruas jalan, pemukiman, dan lainlain. Peta akan selalu
direvisi mengikuti perkembangan yang terjadi, tidak ada peta yang
berlaku abadi. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai kemungkinan
besar ada kesalahan dalam mengikuti punggung bukit atau sungai atau
salah dalam melakukan reseksi, dan apabila setelah dilakukan
berkali-kali secara benar namun tetap di temui ketidak cocokan antara
peta dengan lapangan, seperti yang tercantum pada informasi peta
ketidak cocokan itu agar dilaporkan kepada instansi pembuat.
Langganan:
Postingan (Atom)